ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUSDISTOSIA PRE MATURE DAN POST MATURE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS
DISTOSIA PRE MATURE DAN POST MATURE
DI SUSUN OLEH:
KRISMONIKA ALFAJARIA
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmatnya-lah kami berhasil menyelesaikan menyusun makalah ini. Makalah ini semoga bisa menjadi referensi bagi mahasiswa lain untuk belajar tentang Sistem Distosia, Pre mature dan Post Mature. Semoga makalah ini dapat dipergunakan dan membantu mahasiswa dalam memperluas wawasan dan memperdalam pengetahuannya.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan baik dari segi bahasa, pengolahan, maupun dalam penyusunannya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik yang sifatnya membangun demi tercapai suatu kesempurnaan dalam makalah kami. Atas bantuan pembaca yang telah memberikan kritik dan saran , kami mengucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI 1
DISTOSIA 2
A. Definisi Distosia 2
B. Klasifikasi Distosia 2
1. Distosia karena HIS 2
2. Karena kelainan letak dan bentuk janin 4
C. Tanda dan gejala 9
D. Etiologi 9
E. Komplikasi 10
F. Pemeriksaan Penunjang 11
G. Komplikasi 11
H. Pathways 13
PREMATURE 14
A. Definisi 14
B. Etiologi 14
C. Klasifikasi 15
D. Patofisiologi 15
E. Manifestasi Klinis 16
F. Penatalaksanaan 17
G. Pathway Persalinan Prematur 18
PERSALINAN POSTDATE 19
A. Definisi 19
B. Etiologi 19
C. Patofisiologi 20
D. Manifestasi Klinis 21
E. Pemeriksaan Penunjang 21
F. Penatalaksanaan 21
G. Pathway Persalinan Post Date 24
DAFTAR PUSTAKA 25
DISTOSIA
Definisi Distosia
Distosia adalah Kesulitan dalam jalannya persalinan (Rustam Mukhtar, 1994). Persalinan abnormal yang erat kaitannya dengan kelainan pada 4P (pelvis, passenger, power, dan plasenta) dan ditandai dengan adanya hambatan kemajuan dalam persalinan.
Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang timbul akibat berbagai kondisi (Bobak, 2004 : 784).
Klasifikasi Distosia
Distosia karena HIS
Distosia kelainan tenaga/his adalah tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan rintangan pada jalan lahir, dan tidak dapat diatasi sehingga menyebabkan persalinan macet.
Dalam persalinan diperlukan his normal yang mempunyai sifat :
Kontraksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim.
Fundal dominan, menjalar ke seluruh otot rahim
Kekuatanya seperti memeras isi otot rahim
Otot rahim yang telah berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehingga terjadi retraksi dan pembentukan segmen bawah rahim.
Jenis – jenis kelainan his :
His hipotonik
His hipotonik disebut juga intersia uteri yaitu his yang tidak normal, fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dulu dari pada bagian lain.
Kelainan terletak pada kontraksinya yang singkat dan jarang
Selama ketuban utuh umumnya tidak berbahaya bagi ibu dan janin.
Hisnya bersifat lemah, pendek, dan jarang dari his normal
Inersia uteri dibagi menjadi 2, yaitu :
Inersia uteri primeriv
Bila sejak awal kekuatanya sudah lemah dan persalinan berlangsung lama dan terjadi pada kala 1 fase laten.
Inersia uteri sekunder
Timbul setelah berlangsung his kuat untuk waktu yang lama dan terjadi pada kala 1 fase aktif.
His pernah cukup kuat terapi kemudian melemah.
Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan.
Pada bagian terendah terdapat kapur, dan mungkin ketuban telah pecah.
Dewasa ini persalinan tidak dibiarkan berlangsung sedemikian lama sehinggga dapat menimbulkan kelelahan otot uterus, maka interesia uteri sekunder ini jarang ditemukan. Kecuali pada wanita yang tidak diberi pengawasan baik waktu persalinan.
His Hipertonik
His hipertonik disebut juga tetania uteri yaitu his yang terlalu kuat.
Sifat hisnya normal, tonus otot diluar his yang biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his.
His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan berlangsung cepat (<3 jam disebut partus presipitatus)
Partus presipitatus dapat mengakibatkan kemungkinan :
Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam persalinan.
Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan dan inversion uteri.
Tetania uteri juga menyebabkan afiksia intra uterine sampai kematian janin dalam rahim. Bahaya bagi ibu adalah terjadinya perlukan yang luas pada jalan lahir, khususnya serviks uteri, vagina dan perineum. Bahaya bagi bayi adalah terjadi perdarahan dalam tengkorak karena mengalami tekanan kuat dalam waktu singkat.
His tidak terkoordinasi
Adalah his yang berubah-ubah. His jenis ini disebut Ancoordinat Hypertonic Urine Contraction.
Tonus otot meningkat diluar his dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi.
Tidak adanya kordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
Karena kelainan letak dan bentuk janin
Kelainan letak, presentasi atau posisi
Posisi oksipitalis posterior persisten
Pada persalinan persentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui pintu atas panggul dengan sutura sagittalis melintang atau miring sehingga ubun-ubun kecil dapat berada di kiri melintang, kanan melintang, kiri depan, kanan depan, kiri belakang atau kanan belakang. Namun keadaan ini pada umumnya tidak akan terjadi kesulitan perputarannya kedepan, yaitu bila keadaan kepala janin dalam keadaan fleksi dan panggul mempunyai bentuk serta ukuran normal.
Penyebab terjadinya posisi oksipitalis posterior persisten ialah usaha penyesuaian kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul.
Presentasi puncak kepala
Kondisi ini kepala dalam keaadaan defleksi. Berdasarkan derajat defleksinya maka dapat terjadi presentasi puncak kepala, presentasi dahi atau presentasimuka. Presentasi puncak kepala (presentasi sinsiput) terjadi apabila derajat defleksinya ringan sehingga ubun-ubun besar berada dibawah. Keadaan ini merupakan kedudukan sementara yang kemudian berubah menjadi presentasi belakang kepala.
Presentasi muka
Persentasi muka terjadi bila derajat defleksi kepala maksimal sehingga muka bagian terendah. Kondisi ini dapat terjadi pada panggul sempit atau janin besar. Multiparitas dan perut gantung juga merupakan faktor yang menyebabkan persentasi muka.
Presentasi dahi
Presentasi dahi adalah bila derajat defleksi kepalanya lebih berat, sehingga dahi merupakan bagian yang paling rendah. Kondisi ini merupakan kedudukan yang bersifat sementara yang kemudian berubah menjadi presentasi muka atau presentasi belakang kepala. Penyebab terjadinya kondisi ini sama dengan presentasi muka.
Letak sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada dibawah cavum uteri. Beberapa jenis letak sungsang yakni :
Presentasi bokong
Pada presentasi bokong, akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat keatas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Sehingga pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong.
Presentasi bokong kaki sempurna
Disamping bokong dapat diraba kedua kaki.
Presentasi bokong kaki tidak sempurna
Hanya terdapat satu kaki disamping bokong sedangkan kaki yang lain terangkat keatas.
Presentasi kaki
Pada presentasi kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.
Letak lintang
Letak lintang ialah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. Punggung janin berada di depa, di belakang, di atas, atau di bawah.
Presentasi ganda
Keadaan dimana disamping kepala janin di dalam rongga panggul dijumpai tangan, lengan/kaki, atau keadaan dimana disamping bokong janin dijumpai tangan.
Kelainan bentuk janin
Pertumbuhan janin yang berlebihan
Yang dinamakan bayi besar ialah bila berat badannya lebih dari 4000 gram. Kepala dan bahu tidak mampu menyesuaikannya ke pelvis, selain itu distensi uterus oleh janin yang besar mengurangi kekuatan kontraksi selama persalinan dan kelahirannya. Pada panggul normal, janin dengan berat badan 4000-5000 gram pada umumnya tidak mengalami kesulitan dalam melahirkannya.
Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinal dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar sehingga terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun. Hidrosefalus akan menyebabkan disproporsi sefalopelvic
Kelainan bentuk janin yang lain
Janin kembar melekat(double master)
Torakopagus(pelekatan pada dada) merupakan janin kembar melekat yang paling sering menimbulkan kesukaran persalinan.
Janin dengan perut besar
Pembesaran perut yang menyebabkan distocia, akibat dari asites atau tumor hati, limpa, ginjal dan ovarium jarang sekali dijumpai.
Prolaksus funikuli
Keadaan dimana tali pusat berada disamping atau melewati bagian terendah janin didalam jalan lahir setelah ketuban pecah. Pada presentasi kepala, prolaksus funikuli sangat berbahaya bagi janin, karena setiap saat tali pusat dapat terjepit antara bagian terendah janin dengan jalan lahir dengan akibat gangguan oksigenasi.
Prolaksus funikuli dan turunnya tali pusat disebabkan oleh gangguan adaptasi bagian bawah janin terhadap panggul, sehingga pintu atas panggul tidak tertutup oleh bagian bawah janin.
Karena kelainan pelvis
Yaitu kelainan yang terjadi pada jalan lahir dengan penyebab kesempitan pada panggul.
Tipe Panggul
Pada dasarnya panggul wanita diklasifikasikan menjadi 4 tipe utama.
Panggul ginekoid yaitu tipe yang paling baik untuk persalinan per vagiam dan dijumpai. Ditandai oleh pintu atas panggul berbentuk oval (diameter transversum sedikit melebihi diameter anteroposterior), dinding samping lurus, spina iskiadika tidak menonjol, arkus subpubis dan lebar dan sacrum cekung.
Panggul android (seperti laki – laki) yaitu dimana pintu atas panggul androis berbentuk baji, dinding samping panggul konvergen, spina iskiadika menonjok, arkus subpubis sempit dan sacrum melengkung ke depan pada sepertiga bagian bawah. Kemungkinan besar disertai dengan posisi oksiput posterior persisten dan distosia akibat macet ditransversa dalam.
Panggul antropoid, yaitu ditandai dengan pintu atas panggul berbentuk oval (tetapi diameter anteroposterior melebihi diameter transversa), dinding samping panggul divergen dan sacrum melengkung ke posterior. Panggul jenis ini paling mungkin disertai dengan distosia oksiput posterior.
Panggul platipeloid, ditandai dengan diameter transversa pintu atas panggul yang lebar. Distosia pintu atas panggul umum terjadi karena kepala janin tidak dapat masuk ke dalam pelvis minor. Penghentian secara melingtang dapat terjadi di panggul tengah karena putaran paksi dalam terganggu oleh diameter panggul yang tidak mendukung.
Penyempitan pada panggul terbagi menjadi :
Penyempitan pintu atas panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit jika diameter anteroposterior lebih dari 10 cm atau transversa kurang dari 12 cm. Hal ini ditandai oleh satu atau lebih tanda – tanda berikut : presentasi vertex mengambang pada cukup bulan atau pada awal persalinan, bagian terbawah janin tidak berada pada kedudukan baik terhadap serviks pada saat persalinan, presentasi abnormal. Prolaps tali pusat, kemajuan persalinan yang buruk. Komplikasi meliputi persalinan lama, pecah selaput ketuban yang lama dan pembentukan cincin retraksi patologis di taut segmen bawah rahim dan fundus. Biasanya diperlukan seksio sesarea pada penyempitan pintu atas panggul sejati.
Penyempitan panggul tengah
Penyempitan panggul tengah hampir selalu terjadi akibat panjang diameter interspinosa kurang dari 9.5 cm. keadaan ini dapat dicurigai jika dinding samping panggul konvergen dan arkus pelvis sempit. Petunjuk klinis lainnya seperti kala dua memanjang, oksiputposterior persisten, macet di transversa dalam, distosia uteri atau moulase kepala janin berlebih. Jika pada distosia pintu atas panggul distosia panggul tengah yang terabaikan dapat enyebabkan rupture uteri atau fistula karena nekrosis akibat tekanan. Seksio sesarea merukan terapipilihan karena persalinan dengan alat dapat menyebabkan trauma pada janin atau ibu.
Penyempitan pintu bawah panggul
Distosia pintu bawah panggul tersendiri sangat jarang, tetapi dapat terjadi jika panjang diameter intertuberosa tidak lebih dari 8 cm atau jumlah diameter intertuberosa dan diameter sagitallis posterior pintu bawah panggul kurang dari sama dengan 15 cm.
Tanda dan gejala
Manifestasi klinis sekunder hipotonik kontraksi terus dapat dalam bentuk:
Fase laten memanjang – khususnya akibat distosia serviks
Fase aktif memanjang
Sekunder arrest pada pembukaan serviks
Arrest of descent yang berarti :
Tidak terdapat penurunan kepala
Penurunan kurang dari normal
Primigravida kurang dari 1 cm/jam
Multigravida kurang dari 2 cm/jam
Etiologi
Inersia uteri dapat disebabkan oleh penggunaan analgetik yang terlalu cepat, kesempitan panggul, letak defleksi, kelainan posisi, rengangan dinding rahim (hidramnion, kehamilan ganda), dan perasaan takut dari ibu sendiri.
Menurut Rustam Mochtar (1998) sebab-sebab inersia uteri adalah :
Kelainan his sering dijumpai pada primipara
Faktor herediter, emosi dan ketakutan
Salah persalinan dan obat-obatan penenang
Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah rahim, ini dijumpai pada kesalahan-kesalahan letak janin pada CPD.
Kelainan uterus, misalnya uterus bikornis unikolis
Kehamilan postmatur
Penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia
Uterus yang terlalu teregang misalnya hidramnion atau kehamilan kembar atau makrosomia
Komplikasi
Persalinan berlangsung lama yang dapat membahayakan ibu maupun janin.
Menimbulkan tingginya risiko infeksi.
Dapat menimbulkan jejas kelahiran.
Ibu akan mengalami kelelahan dan dehidrasi .
Fase laten yang memanjang.
Serviks kakuatan tidak terjadi pelunakan serviks sehingga dapat menghambat proses persalinan.
Kehamilan serotinus.
Penatalaksanaan
Mengatasi masalah yang muncul pada kondisi umum pasien seperti kelelahan, dehidrasi dan perhatikan gizi pasien agar dapat terpenuhi dengan baik.
Berikan sedatif lalu nilai kembali pembukaan serviks setelah 12 jam.
Pemberian antiobiotik pada proses persalinan yang memanjang terutama pada kasus dengan membrane plasenta telah pecah untuk menghindari adanya infeksi intrauteri.
Memberi efek stimulasi kontraksi uterus dengan oksitosin,5 unit oksitosin (syntocinon) dalam 500 cc glukosa 5% diberikan melalui intra vena. Jika stimulasi tidak berhasil maka dilakukan operasi cesar sesario pada pasien.
Operasi cesar sesario dapat dilakukan jika ada kontraindikasi terhadap pemberian unit oksitosi maupun distres fetal sebelum terjadi dilatasi servikal.
Pemberian infus pada persalinan lebih 18 jam untuk mencegah timbulnya gejala-gejala atau penyulit dalam persalinan. Tetesan infuse mulaidari 10 tetes/menit, dan kemudian meningkat secara bertahap sehinggamendapatkankontraksi uterus rata – rata 3x dalam 10 menit.
Stimulasi pitosin dapat dilakukan untuk mencapai kemajuan persalinan.
Pemeriksaan Penunjang
Adapun untuk pemeriksaan penunjang dapat dilakukan seperti sebagai berikut (Mochtar, 1989) :
a. Pemeriksaan panggul: panggul luar dan panggul dalam
b. Pemeriksaan radiologik: untuk pelvimetri dibuat 2 foto yaitu
- Foto pintu atas panggul: ibu dalam posisi setengah duduk, sehingga tabung Ro tegak lurus atas pintu atas panggul
- Foto lateral: ibu dalam posisi berdiri, tabung Ro diarahkan horizontal pada trochanter major dari samping
c. Pemeriksaan besarnya janin
Komplikasi
Komplikasi Maternal
Perdarahan pasca persalinan.
Pistula rectovagina.
Rectovagina pistula merupakan kondisi abnormal pada saluran antara bagian bawah usus besar atau rectum dengan vagina.karena kondisi ini,isi usus bisa bocor melalui pistula sehingga penderita dapat mengeluarkan gas atau tinja lewat vagina.
Simpisiolisis atau diathesis dengan atau tanpa transien fermonal neuropathy.
Robekan perineum derajat III atau IV.
Rupture Uteri.
Komplikasi Fetal
a. Brachial plexus palsy
Kelumpuhan kaki tangan bagian atas (brachial plexus palsy) disebabkan oleh luka regangan (stretch injury) pada syaraf-syarat yang memenuhi otot-otot kaki tangan bagian atas(brachial plexus)selama proses kelahiran.
b. Fraktura Clavicle
Fraktur clavicula bisa disebabkan oleh benturan ataupun kompressi yang berkekuatan rendah sampai yang berkekuatan tinggi yang bisa menyebabkan terjadinyafraktur tertutup ataupun multiple trauma.
c. Kematian Janin.
d. Hipoksia janin, dengan atau tanpa kerusakan neurololgis permanen.
e. Fraktura humerus
Fraktur humerus adalah kelainan yang terjadi pada kesalahan teknik dalam melahirkan lengan pada presentasi puncak kepala atau letak sungsang dengan lengan membumbung ke atas.pada keadaan ini biasanya sisi yang terkena tidak dapat diperakkan dan refleks moro pada sisi tersebut menghilang.
Pathways
Kelainan His
Kontraksi pelvic
Kontraksi uterus
Nyeri Perubahan tonus otot
Abnormalitas Resiko tinggi
pelvis ibu cedera maternal
Laten memanjang 14 jam
Persalinan lama
Ansietas Resiko tinggi Kurang energi
cedera pada janin
Keletihan
PREMATURE
Definisi
Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu (Alston, 2012) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram. Organisasi Kesehatan Dunia yaitu WHO (2013) membagi persalinan prematur menjadi tiga kategori berdasarkan umur kehamilan, yaitu:
extremely preterm bila kurang dari 28 minggu
very preterm bila kurang dari 32 minggu
moderate to late preterm antara 32 dan 37 minggu
Etiologi
Persalinan prematur dapat disebabkan oleh banyak hal, menurut Prawirohardjo (2011) menyatakan bahwa kondisi yang terjadi selama kehamilan dapat berisiko terhadap kejadian persalinan prematur yang dibagi dalam dua faktor, yaitu:
Janin dan plasenta
perdarahan trimester awal
perdarahan antepartum (plasenta previa, solution plasenta, vasa previa)
ketuban pecah dini (KPD)
pertumbuhan janin terhambat
cacat bawaan janin
kehamilan ganda/gemeli
polihidramnion
Ibu
penyakit berat pada ibu
diabetes mellitus
preeklamsia/hipertensi
infeksi saluran kemih/genital/intrauterin
penyakit infeksi dengan demam
stress psikologik
g. kelainan bentuk uterus/serviks
h. riwayat persalinan prematur/abortus berulang
i. inkompetensia serviks (panjang serviks kurang dari 1 cm)
j. pemakaian obat narkotik
k. trauma perokok berat
l. kelainan imunologik/kelainan resus
Klasifikasi
Secara umum, persalinan preterm dibagi menjadi 4, yaitu:
Sangat-sangat preterm: usia kehamilan kurang dari 28 minggu
Sangat preterm: usia kehamilan antara 28-31 minggu
Preterm sedang: usia kehamilan 32-33 minggu
Mendekati aterm: usia kehamilan 34-36 minggu
Patofisiologi
Secara umum, penyebab persalinan prematur dapat dikelompokan dalam 4 golongan, yaitu:
Aktivasi prematur dari pencetus terjadinya persalinan
Inflamasi/infeksi
Perdarahan plasenta
Peregangan yang berlebihan pada uterus
Mekanisme pertama ditandai dengan stres dan anxietas yang biasa terjadi pada primipara muda yang mempunyai predisposisi genetik.Adanya stres fisik maupun psikologi menyebabkan aktivasi prematur dari aksis Hypothalamus-Pituitary-Adrenal (HPA) ibu dan menyebabkan terjadinya persalinan prematur.Aksis HPA inimenyebabkan timbulnya insufisiensi uteroplasenta dan mengakibatkan kondisi stres pada janin. Stres pada ibu maupun janin akan mengakibatkan peningkatan pelepasan hormon CorticotropinReleasing Hormone (CRH), perubahan pada Adrenocorticotropic Hormone (ACTH), prostaglandin, reseptor oksitosin, matrix metalloproteinase (MMP), interleukin-8,cyclooksigenase2,dehydroepiandrosteron sulfate (DHEAS), estrogen plasenta danpembesaran kelenjar adrenal.
Mekanisme kedua adalah decidua-chorio-amnionitis, yaitu infeksi bakteri yang menyebar ke uterus dan cairan amnion. Keadaan ini merupakan penyebab potensial terjadinya persalinan prematur.13 Infeksi intraamnion akan terjadi pelepasan mediator inflamasi seperti pro-inflamatory sitokin (IL-1β, IL-6, IL-8, dan TNF-α ). Sitokinakan merangsang pelepasan CRH, yang akan merangsang aksis HPA janin dan menghasilkan kortisol dan DHEAS. Hormon-hormon ini bertanggung jawab untuk sintesis uterotonin (prostaglandin dan endotelin) yang akan menimbulkan kontraksi. Sitokin juga berperan dalam meningkatkan pelepasan protease (MMP) yang mengakibatkan perubahan pada serviks dan pecahnya kulit ketuban.
Mekanisme ketiga yaitu mekanisme yang berhubungan dengan perdarahan plasenta dengan ditemukannya peningkatan hemosistein yang akan mengakibatkan kontraksi miometrium.15 Perdarahan pada plasenta dan desidua menyebabkan aktivasi dari faktor pembekuan Xa (protombinase). Protombinase akan mengubah protrombin menjadi trombin dan pada beberapa penelitian trombin mampu menstimulasi kontraksi miometrium.
Mekanisme keempat adalah peregangan berlebihan dari uterus yang bisa disebabkan oleh kehamilan kembar,polyhydramnionatau distensi berlebih yang disebabkan olehkelainan uterus atau proses operasi pada serviks. Mekanisme ini dipengaruhi oleh IL-8, prostaglandin, dan COX-2.
Manifestasi Klinis
Nyeri punggung bagian bawah.
Kontraksi setiap 10 menit.
Kram di perut bagian bawah.
Keluar cairan dan lendir dari vagina yang semakin banyak.
Perdarahan vagina.
Tekanan di bagian panggul dan vagina.
Mual, muntah, hingga diare.
Penatalaksanaan
Tujuan utama pengelolaan persalinan prematur adalah sebagai berikut:
a. Menghambat atau mengurangi kekuatan dan kontraksi uterus untuk menunda
proses persalinan.
b. Untuk meningkatkan kualitas janin sebelum dilahirkan
c. Menurunkan morbiditas dan mortalitas perinatal (Goldenberg, 2002)
Pengelolaan pada kasus persalinan prematur dengan ketuban yang masih intak dimana tidak didapatkan bahaya pada ibu dan janin maka pengelolaannya adalah konservatif, yang meliputi:
a. Menunda persalinan prematur dengan tirah baring dan pemberian obat-obat tokolitik.
b. Memberikan obat-obat untuk pematangan paru janin.
c. Memberikan obat-obat antibiotik untuk mencegah risiko infeksi perinatal.
d. Merencanakan cara persalinan prematur yang aman dan dengan trauma yang minimal.
e. Mempersiapkan perawatan neonatal dini yang intensif untuk bayi-bayi
prematur (Fadlun dan Feryanto, 2013).
Pathway Persalinan Prematur
PERSALINAN POSTDATE
Definisi
Persalinan postdate adalah suatu persalinan yang terjadi saat usia kehamilan 40 sampai 42 minggu atau lebih dimana ketika usia kehamilan melewati usia 42 minggu plasenta akan mengecil dan fungsinya menurun. Mengakibatkan kemampuan plasenta untuk menyediakan makanan semakin berkurang dan janin akan menggunakan persediaan lemak dan karbohidratnya sendiri sebagai sumber energy. Sehingga laju pertumbuhan janin menjadi lambat. Jika plasenta tidak dapat menyediakan oksigen yang cukup selama persalinan, bisa terjadi gawat janin, sehingga janin menjadi rentan terhadap cedera otak dan organ lainnya. Cedera tersebut merupakan resiko terbesar pada seorang bayi post-matur dan untuk mencegah terjadinya hal tersebut, banyak dokter yang melakukan induksi persalinan jika suatu kehamilan telah lebih 42 minggu.
Etiologi
Menurut Saifuddin (2014), seperti halnya teori bagaimana terjadinya persalinan, sampai saat ini sebab terjadinya kehamilan postdate belum jelas. Beberapa teori diajukan antara lain sebagai berikut :
1) Pengaruh progesteron
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya merupakan kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin, sehingga beberapa penulis menduga bahwa terjadinya kehamilan postdate adalah karena masih berlangsungnya pengaruh progesteron.
2) Teori oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan postdate memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis memegang peranan penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab kehamilan postdate.
3) Teori kortisol/ACTH janin
Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai “pemberi tanda” untuk dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron berkurang dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anencephalus, hipoplasia adrenal janin dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat waktu.
4) Syaraf uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari Pleksus Frankenhauser akan membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaaan di mana tidak ada tekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebab terjadinya kehamilan postdate.
5) Herediter
Seorang ibu yang mengalami kehamilan postdate mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat waktu pada kehamilan berikutnya. Morgen (1999) seperti dikutip Cunningham, menyatakan bahwa bilamana seorang ibu mengalami kehamilan postdate saat melahirkan anak perempuan, maka besar kemungkinan anak perempuannya akan mengalami kehamilan postdate.
Patofisiologi
Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai menurun terutama setelah 42 minggu. Hal ini dapat dibuktikan dengan penurunan estriol dan plasental laktogen. Rendahnya fungsi plasenta berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat janin dengan resiko 3 kali. Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 akibat tidak timbul his sehingga pemasakan nutrisi dan O2 menurun menuju janin di samping adanya spasme arteri spiralis menyebabkan janin resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim. Makin menurun sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan pertumbuhan janin makin lambat dan penurunan berat disebut dismatur, sebagian janin bertambah besar sehingga memerlukan tindakan operasi persalinan, terjadi perubahan metabolisme janin, jumlah air ketuban berkurang dan makin kental menyebabkan perubahan abnormal jantung janin.
Manifestasi Klinis
Keadaan klinis yang dapat ditemukan jarang ialah gerakan janin yangjarang, yaitu secara subyektif kurang dari 7 kali per 30 menit atau secaraobyektif dengan KTG kurang dari 10 kali per 30 menit.b.Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi :
1.Stadium I, kulit kehilangan vernik kaseosa dan terjadi maserasisehingga kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.
2.Stadium II,seperti stadium I disertai pewarnaan mekonium(kehijauan) dikulit.
3.Stadium III, seperti stadium I disertai pewarnaan kekuningan padakuku, kulit dan tali pusat.
Pemeriksaan Penunjang
a. USG untuk menilai usia kehamilan, oligihidraminon, derajat maturitasplasenta.
b.KTG untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin.
c. Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi (tes tanpatekanantes tanpa tekanan dinilai apakah reaktif atau tidak dengan testekanan oksitosin.
d. Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik > 20 %
Penatalaksanaan
Setelah usia kehamilan lebih dari atau sama dengan 40-42 minggu monitoring janin secara intensif
Nonstress test (NST) dapat dua kali dalam seminggu, yang dimulai saat kehamilan berusia 41 minggu dan berlanjut hingga persalinan untuk melakukan pilihan antara persalinan tanpa intervensi persalinan yang di induksi atau secara sectio caesaria.
Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiense plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat
Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan spontan dengan atau tanpa amniotomi. Bila :
Riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim.
Terdapat hipertensi, pre-eklampsia.
Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas.
Pada kehamilan > 40-42 minggu
Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar dan kemungkinan diproporsi sefalo-pelvik dan distosia janin perlu dipertimbangkan (Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri Jilid I, 1998).
Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada :
a. Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang
b. Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat janin, atau
c. Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-eklampsia, hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas) dan kesalahan letak janin.
6. Penatalaksanaan aktif pada kehamilan lewat bulan :
a. Induksi persalinan
Induksi persalinan adalah persalinan yang dilakukan setelah servik matang dengan menggunakan prostaglandin E2 (PGE2) bersama oksitosin, dan prostaglandin terbukti lebih efektif sebagai agens yang mematangkan servik dibanding oksitosin.
Metode lain yang digunakan untuk menginduksi persalinan ( misalnya minyak jarak, stimulasi payudara, peregangan servik secara mekanis), memiliki kisaran keberhasilan secara beragam dan atau sedikit penelitian untuk menguatkan rekomendasinya.
b. Metode hormon untuk induksi persalinan :
a) Oksitosin yang digunakan melalui intravena dengan catatan servik sudah matang.
b) Prostaglandin dapat digunakan untuk mematangkan servik sehingga lebih baik dari oksitosin namun kombinasi keduanya menunjukkan hal yang positif.
c) Misprostol adalah suatu tablet sintetis analog PGE1 yang diberikan intravagina (disetujui FDA untuk mencegah ulkus peptikum, bukan untuk induksi)
d) Dinoproston
Merk dagang cervidil suatu preparat PGE2, tersedia dalam dosis 10 mg yang dimasukkan ke vagina ( disetujui FDA untuk induksi persalinan pada tahun 1995).
e) Predipil yakni suatu sintetis preparat PGE2 yang tersedia dalam bentuk jel 0,5 mg deng diberika intraservik (disetujui FDA untuk induksi persalinan pada tahun 1993)
Pathway Persalinan Post Date
DAFTAR PUSTAKA
Fadlun, Achmad Feryanto. 2012.Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika
Gusti, Surya. Dunia Kesehatan DISTOSIA. 18 Januari 2013. http://www.duniakeperawatan.blogspot.com
Herdman, Heather T. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta : EGC.
Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetri Williams Panduan Ringkas Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Mochtar, Rustam. 1989. Sinopsis Obstetri. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Prawirohajo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT bina pustaka. Manjoer, arif. 2000. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Aesculapius.
Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta
Undang-Undang Kesehatan No.36 Tentang Kesehatan, 2009
Wilkinson, M. Judith. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 7. Jakarta: EGC.
Comments
Post a Comment